Jace
selalu suka toko buku. Selain suasananya yang sepi, tidak banyak orang, juga
tidak banyak orang yang peduli karena setiap orang sibuk dengan pikiran
masing-masing. Seperti yang saat ini Jace lihat. Di tumpukan buku best seller
pun hanya terdapat 2 orang yaitu seorang gadis remaja dan seorang bocah SD yang
entah mengapa masih memakai seragam sekolah di jam selarut ini. Juga tak
terlihat orang tua yang menjaganya di mana-mana.
Jace
melihat-lihat seluruh buku yang terpajang disana dibalik kacamata hitam yang
sedang dipakainya. Sebentar-sebentar mengambil acak sebuah buku, membaca
sekilas sinopsisnya, dan meletakannya kembali di tempat semula. Saat dirinya
ingin berpindah ke bagian lain, matanya menangkap gadis remaja yang sejak tadi
masih saja berada di bagian buku best seller, sedangkan bocah SD tadi sudah
menghilang entah kemana. Penasaran, Jace pun mengintip sedikit judul buku yang
membuat gadis itu betah daritadi untuk membaca.
“Play
Drum Freely”, Jace menggumamkan judul buku itu tanpa suara dan merasa menjadi
semakin heran. Jace dengan lancangnya
memperhatikan gadis itu. Perawakan gadis itu yang tidak tinggi dan rambutnya
yang panjangnya mengalahkan tembok China terurai dengan bebas, sangat kalem.
Sangat tidak mungkin bisa main drum. Rambut gadis tersebut benar-benar abnormal,
panjangnya hampir menyentuh paha. Mengingatkan Jace akan tokoh Rapunzel. Wait,
Rapunzel, it’s gonna be her new nickname, batin Jace.
Jace
tersentak ditempat, kacamata hitamnya jatuh saking kagetnya. Ternyata gadis itu
sadar sedang diperhatikan dan sekarang sedang memelototinya dengan ganas. Si
Rapunzel yang sekarang menatapnya dengan
kaget, sekilas. Di detik berikutnya melanjutkan membaca buku lagi.
Jace
pun tau kenapa gadis ini sempat kaget. Karena kacamata hitamnya jatuh dan gadis
itu menyadari bahwa kedua bola mata Jace tidaklah berwarna hitam, melainkan
biru. Jace berinisiatif untuk meminta maaf karena telah lancang memperhatikan
gadis itu. Ia mulai berdiri di belakang gadis itu, menatap punggung gadis itu
yang sedang diselimuti jaket biru tua bertuliskan “Rhona Melody” dan menjulurkan tangan hendak menepuk
pundaknya. Dan seketika itu, gadis itu berbalik badan. Menyebabkan keduanya
saling bertabrakan dan tangan Jace yang tadinya akan digunakan untuk menepuk
pundaknya, malah digunakan gadis itu sebagai penyangga agar tidak terjatuh. Dan
seketika.....
Cekrek!
Cekrek! Cekrek.. Cekrek!
Keduanya
pun menoleh kearah datangnya suara dan menemukan seorang laki-laki separuh baya
sedang berlari keluar dengan menenteng SLR di lehernya. Jace menghembuskan
napas dengan gemas. Not again.....
Gadis
rambut tembok China kembali menatap Jace, kali ini dengan heran bercampur
emosi. “Apa-apaan inii?”
“Hey,
sorry about that.. umm.. itu” Jace memejamkan matanya dan melanjutkan, “That
doesn’t normally happen and I’m.. hey... hey!”
Si Rapunzel
mengibaskan tangannya, mengabaikan Jace, berjalan cepat kearah pintu dan
menghilang. Yang terakhir terlihat hanyalah rambut panjangnya yang tak sengaja
terkibas saat keluar dari pintu.
Jace
menghela napas. Seseorang sudah mengetahui keberadaannya di Batu, Indonesia.
Juga yang lebih ditakutkan Jace, kalau fotonya barusan dengan gadis itu
benar-benar tersebar di media..
Jace
tiba-tiba mendapat inisiatif, laki-laki itu berlari keluar secepat angin. Kedua
mata Jace menyapu bersih kedua sisi jalan. Matanya menangkap sesosok bayangan
kecil, laki-laki itu berlari kencang kearah bayangan tersebut.
Hampir
sampai kearah orang yang ingin dia tuju, ternyata orang tersebut menyadari keberadaan
Jace dan mulai berlari menjauhi Jace. Namun dewi fortuna sedang berada dipihak
Jace, kaki Jace yang panjang menyebabkan Jace dengan mudahnya menggapai ujung
jaket orang tersebut dan menariknya.
“Siniin
kameranya.” kata Jace setelah berhasil mencengkram hem kemeja orang tersebut.
Pada bagian kiri atas kemejanya, terdapat label sebuah TV yang disimpulkan Jace
sebagai tempat orang ini bekernya, “Supreme TV”.
Laki-laki
paruh baya itu dengan takut menyerahkan kameranya SLRnya pada Jace. “Tolong
jangan rusak kameranya..” pintanya.
Jace
menggunakan tangan kanannya untuk mendelete foto-foto Jace dengan Rapunzel saat
di toko buku tadi. Setelah memastikan tidak ada foto yang tersisa, Jace
menyerahkan kamera SLR itu kembali pada sang wartawan, melepaskan cengkramannya
pada hem wartawan tersebut dan berbalik pergi. Menjauh, dan tidak menoleh lagi
ke belakang.
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
Jace melangkahkan
kaki dengan malas keluar dari kamar hotelnya, meninggalkan managernya, Danny
yang masih terlelap di alam mimpi.
Perutnya
berbunyi menandakan dirinya yang benar-benar lapar. Jace kemudian memutuskan
untuk berjalan-jalan keluar sendiri tanpa managernya. Masih teringat jelas di
kepala Jace ketika kemarin Danny sedang memainkan game di laptop sambil
menasihatinya, “Jangan pergi kemanapun tanpaku, ya. Ntar kamu tersesat, berabe
lho.”.
Jace
hanya tersenyum tipis. Daripada mati kelaparan, mendingan keluar sendiri beli
makanan. Lagipula, Jace sedang ngidam rawon. Setelah hampir 5 tahun tidak
kembali ke Indonesia, lidahnya sudah hampir lupa semua rasa makanan di
Indonesia. Dirinya pun sudah membuat semacam list makanan yang akan dimakannya
saat di Indonesia. Jace merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebuah kertas
lusuh. Dia membaca kertas itu pelan “Rawon, tahu tek, gulai kambing,..”
“Selamat
pagi, Pak.”
“Wuo!”
Jace terperangah oleh sapaan mendadak itu dan mundur beberapa langkah ke
belakang. Didapatinya seorang karyawan hotel yang kebetulan lewat sedang
menyapanya.
“Selamat
pagi.” balas Jace dengan senyuman canggung dan langsung keluar dari hotel.
Lelaki itu menjejalkan kertas lusuh itu kembali kedalam kantongnya jaketnya. Jace langsung mencari salah satu taxi dari
antrian taxi yang menunggu penumpang di luar hotel. Dari antara sekian banyak
taxi, ada 1 taxi yang menarik perhatian Jace karena terdapat stiker mickey
mouse kecil yang tertempel di jendela belakang. Jace langsung menumpangi taxi
tersebut.
“Mau
kemana , Mas?” tanya sang supir taxi.
“Where’s
the most-I mean-sorry, Rawon yang terenak di Malang dimana ya?” ralat Jace. Jace
harus lebih terbiasa lagi menggunakan bahasa Indonesia. Laki-laki itu memijat dahinya dan terus
mengingatkan diri sendiri bahwa dia sedang berada di Batu bukan Amrik.
“Ohh..
ada, Mas. Rawon di Depot Bu Santi itu enak banget. Saya aja bisa seminggu makan 4x disana.” oceh sang
supir taxi.
“Boleh
deh, Pak. Tolong anterin saya kesana.”
“Siap Mas!”
Tak
sampai 15 menit berlalu, taxi tersebut telah sampai ke tempat tujuan.
Perjalanan pun sangat terasa cepat karena sepanjang perjalanan, si supir taxi
mengoceh dengan nonstop dan menanyai Jace berbagai macam pertanyaan. Jace pun
membalas menjawab dengan senang. It’s nice to have this kind of situation. It’s
like, we don’t know each other, even each other’s name, but who cares, we just
talk for the sake of wasting time.
“Ayo,
Pak. Udah sampe nih.” kata sang pak supir seraya tak sengaja memamerkan gigi
bagian kirinya yang ompong .
“Ohya,
thankyou Pak.” ucap Jace dan menyerahkan selembar 50 ribuan pada si supir
ompong. “Ambil aja kembaliannya.” tambah Jace saat melihat sang supir sibuk
mengeluarkan dompetnya.
“Makasih,
Mas.” Pak supir terlihat sangat senang. “Mau ditungguin makannya atau gimana?”
“Oh
gausah, Pak. Jalan aja, saya habis gini mau jalan kaki lihat-lihat.” Jace
mengungkapkan ide mendadaknya pada sang supir.
“Siap
Mas, selamat menikmati kota batuu..” seru si supir ompong. Jace hanya mengangguk pelan dan keluar dari
taxi, lalu memperhatikan taxi tersebut beranjak pergi dari pandangannya. Jace
berbalik dan berjalan masuk ketika menatap palang Depot Bu Santi di depannya.
“Mau
pesen apa, Mas?” tanya Ibu-ibu disana.
“Rawon
sama air mineral, Bu.” ucapku menyebabkan Ibu tersebut mengangguk dan masuk
kedalam mempersiapkan makanan. Hanya menunggu beberapa menit saja, makanan
tersebut langsung datang.
And
hell, this really is the best Rawon in the whole planet, batin Jace. Jace
sampai ingin memberi tips tambahan pada sang supir ompong karena telah
memberitahukannya tempat ini, tapi Jace baru ingat bahwa taxinya sudah pergi. Tak
sampai 5 menit, rawon tersebut sudah ludes, masuk total kedalam perut Jace.
Jace sampai minta Ibu penjual untuk membungkus rawon lagi untuk dibawanya ke
hotel.
Setelah
puas makan, Jace berjalan-jalan keliling kota Batu. Laki-laki itu memasuki
hampir semua toko yang dilihatnya. Dari toko baju sampai supermarket. Laki-laki
tersebut menyadari bahwa hari sudah siang. Terik matahari menyinari langsung
dan menyengat pada kulit Jace. Laki-laki itu ingin balik ke hotel. Ingin
istirahat.
Dilihatnya
ke sekeliling, mencari taxi untuk pulang ke hotel. Tapi tidak ada satu taxi pun
yang tertangkap matanya. Kendaraan umum pun tidak ada yang terlihat. Jace mulai
panik, menyesal menyuruh supir ompong tadi pergi. Sekarang Jace nyasar.
Jace
merogoh kantongnya dan mengeluarkan Hpnya, berniat menelepon meminta jemputan.
Mata Jace melotot melihat layar Hpnya.
“I’m
dead. Really really dead.” oceh Jace sambil terus memandangi Hpnya. 47 misscall
dan 17 SMS. Semuanya dari Danny.
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
“The
heck, Jace?!” seru Danny saat pertama kali melihat Jace.
Danny
lalu mengoceh dan terus mengoceh dari Sabang hingga Merauke. Menasihati Jace
karena pergi tanpa mengabarinya dan men-silent Hpnya. Tapi Jace terpaksa untuk
menelepon Danny dan menjemputnya. Gimana lagi? Jace baru datang di Batu dan
tidak mengetahui nomor telepon taxi.
Untungnya
Jace menyogok Danny dengan berbagai macam belanjaannya, serta memberinya rawon
Depot Bu Santi. Awalnya Danny menolak, namun akhirnya luluh juga dan malah
sibuk mengorek-ngorek belanjaan Jace.
“Udah
ga marah nih, pak Manager?” goda Jace saat Danny sibuk makan rawon.
Danny
melengos. Laki-laki bertubuh pendek itu membetulkan letak kacamata bulatnya dan
menatap Jace.
“Maybe
I’m not mad anymore, but I’m gonna find you a new tourguide.”
To be continued
TADAAAA! FIRST CHAPTER FINALLY CAMEE
Well, fyi, I'm a fairytale freak. So, I came up with an idea to write a story that have a thing with fairytale. And because Rapunzel is my favorite, so I decide to write a story about Rapunzel.
So here it is! I don't know when I will write the second chapter, just wait :p
Thankyou for readinggggg!
JElim
JElim
No comments:
Post a Comment