Last Chapter
Jace mengulurkan tangannya terlebih dahulu. Beberapa detik
berlalu, akhirnya tangan gadis tersebut bertaut dengan tangan Jace.
“Aku Jace.”
ujar Jace.
Beberapa
waktu berlalu, gadis itu masih tidak memberitahukan namanya.
“Hmm..
Namanya Zivanna.” sahut ibu yang sedaritadi berdiri disamping gadis ini.
“Jangan..
Orang-orang biasa panggil aku Zee-Zee.” Gadis itu tiba-tiba bersuara.
Jace
membeku di tempat. Masih tetap tidak menyangka akan bertemu sang Rapunzel
kembali. Suddenly, Jace sangat bersyukur
karena kemarin nyasar. This tourguide idea is not that bad after all, batin
Jace. Namun Jace seketika tersenyum. Menemukan sebuah ketidaksengajaan yang tiba-tiba
muncul di otaknya.
RapunZee?
Batin Jace.
Chapter 3
Ikatan
tangan Jace dan Zivanna pun terlepas. Keduanya pun hanya bisa diam dan
canggung.
“Nice
to meet you.. “ ucap Jace lalu terdiam sebentar. “... again.” tambahnya.
“Loh
kalian udah saling kenal?” tanya tante-tante yang berdiri di sebelah Zivanna
sedaritadi.
“Bukan
kenal, tapi pernah ketemu.”ujar Jace disambut senyum lebar dari tante tersebut.
“Ohya,
perkenalkan, mama saya Rena, Mamanya Zee-Zee.” Tante yang mengaku mamanya
Zivanna tersebut mengulurkan tangannya dengan PD di depan Jace. Dengan
ragu-ragu, Jace menyambut uluran tangan wanita tersebut. “Saya Jace.” ulangnya.
“So
Jace, Zivanna’s the one that’s gonna be
your new tourguide!” seru Danny tiba-tiba.
“Please,
just call me Zee-Zee.” Zivanna bersuara lagi. Suaranya lembut dan enak
didengar. Jace tidak perlu mendengar Zivanna menyanyi untuk mengetahui bahwa
gadis itu pintar bernyanyi.
“Okayyy,
Zee-Zee. Ohya, hari ini Jace mau pergi ke BNS, bisa tolong kamu anterin dia?”
tanya Danny membuat Zivanna terlihat kaget.
“Ehmm..
bisa.”
“Oke
kalo gitu, have fun ya berdua. Aku sama Rena mau ke restauran hotel, udah lama
sekali kita ga ngobrol.” kata Danny dengan malu-malu dan secara perlahan menoleh
ke arah Rena yang sedang tersipu. Jace jadi benar-benar curiga kalau Danny dan
Rena memang memiliki hubungan khusus. Entah itu pacaan, LDR atau paling tidak
mantan waktu SMA.
***
Jace
salah besar. Oke, harusnya pake capslock.
Pake tanda seru juga. Ralat; JACE SALAH BESAR!
Pertama,
Jace mengira bahwa gadis yang menyerupai Rapunzel ini sangatlah kalem dan luar
biasa pemalu. Namun Jace sekali lagi mengakui bahwa dia salah. Zivanna sangat
rame. Bisa dibilang kelewat rame. Sepanjang perjalanan gadis ini bernyanyi
mengikuti lagu-lagu yang sedang diputar di radio dengan suara lantang dan
sangat mengganggu Jace.
Kedua,
Jace memang awalnya meyakini bahwa Zivanna memiliki suara indah bahkan sebelum
mendengarnya bernyanyi. Sekarang, Jace sangat menyesal pernah berpikir seperti
itu. Suara Zivanna jelek. Dalam khasus ini, jelek yang dimaksud adalah SANGAT
–SANGAT JELEK. Jace sampai pusing sendiri mendengar suara Zivanna. Apalagi
sekarang gadis ini sedang menyanyikan lagu galau tapi lebih menyerupai lagu
metal jika dinyanyikan dengan suara Zivanna.
“LUMPUHKANLAH
INGATANKUUUUUUU.. HAPUSKAN TENTANG DIAA OOOOHHHH HAPUSKAN MEMORIKU TENTANGNYAAAAAA
ouoooo”
“Sorry,
bisa ga diem aja?” ceplos Jace tak tahan lagi mendengar suara Zivanna.
“Kenapa
aku harus diem?” Zivanna menoleh ke arah Jace sekilas sambil menaikan sebelah
alisnya.
Jace
diam sebentar, merenungi pertanyaan Zivanna yang retoris itu. Retoris dalam
artian bahwa Zivanna harusnya tau sendiri jawaban dari pertanyaannya.
“Karena
suaramu ga enak.” ceplos Jace lagi secara tak sadar. Tangan Jace langsung
menutup mulutnya sendiri, Zivanna bisa-bisa tersinggung!
“So?”
tanya Zivanna santai. Mata Jace melihat ke arah Zivanna yang sekarang sedang
tersenyum sinis. Jace menyesal sempat berfikir Zivanna akan tersinggung, gadis
ini mah ga ada malunya.
“So
could you stop to sing?” sindir Jace lagi.
“No.”
Zivanna menyanyi lagi.
“But
whyy?!”sahut Jace terganggu diantara nyanyian Zivanna sambil berupaya menutup
kupingnya yang serasa sebentar lagi akan meledak.
“Karena
ini mobilku dan aku yang tau jalanan di Batu. So, bule abal-abal, aku bisa
nurunin kamu disini dan ninggalin kamu sendirian di tengah jalan kayak orang
gelandangan.”
Mulut
Jace melongo lebar. Banget. Dia benar-benar ga menyangka kata-kata itu akan
keluar dari bibir manis dan tipis milik Zivanna. Dan apa maksudnya coba? Bule
abal-abal!?
“Hey, I’m
the boss here! Aku bisa aja pecat kamu sekarang.” ancam Jace balik karena tidak
terima.
“Wowww,
looks like I’m scared. Aku takut banget nih dipecat bule abal-abal. Ntar aku ga
punya pekerjaan trus aku kelaparan di jalan, gimana nihh?” ucap Zivanna dengan
lebaynya, gadis itu sempat-sempatnya menoleh ke arah Jace dan memasang muka
cemberut.
Jace
menghela napas pusing. Lupa bahwa Mama dari gadis disampingnya adalah pemilik
perusahaan tourism besar. Dipecat Jace doang mah ga akan berpengaruh apa-apa.
Jace memutuskan untuk diam di tempat dan tidak ngoceh lagi.
Zivanna
pun menoleh ke arah Jace sekilas dan tersenyum puas. “Good boy.”
Dia pikir
Jace anjing apa!
***
“Kamu takut?” ejek Zivanna sambil
ketawa terbahak-bahak.
“No, not at all.” Jawab Jace tapi
ia sendiri tidak yakin dengan apa yang dikatakannya.
Zivanna
mengangkat salah satu sudut bibirnya, meletakan 1 tangan di pinggangnya dan
menatap Jace dengan pandangan menantang.
“Then
come on and ride that damn bicycle.” kata Zivanna dengan lantangnya dan gadis
itu pun tersenyum puas saat melihat Jace melotot mendengar kata-katanya. Jace
menatap Zivanna dengan pandangan tak percaya namun sedetik kemudian mengibaskan
tangannya tak peduli dan mengantri di depan palang yang tertuliskan “Sepeda
Gila”.
Sepeda
Gila adalah salah satu permainan di BNS yang mengharuskan 2 orang duduk di satu
sepeda lalu sepeda itu akan melayang memutar 360 derajat secara terus menerus
sampai waktu yang telah ditentukan. Sesusah mungkin, harusnya Jace mengaku
bahwa dia tidak pernah kuat menaiki permainan yang berhubungan dengan
ketinggian, apalagi di putar 360 derajat. Membayangkannya saja sudah membuat Jace
ingin muntah. Tapi ego akan harga dirinya di depan Zivanna yang membuatnya
berani untuk menaiki wahana Sepeda Gila ini tanpa memikirkan akibat apa yang
akan menantinya setelah itu.
Zivanna
tak kuasa menahan senyum ketika Jace dengan sok gagahnya mendahului Zivanna
menaiki sepeda dan memposisikan dirinya. Zivanna memposisikan dirinya di
belakang Jace dan memasang sabuk pengaman.
And
there it goes..
Zivanna
berteriak-teriak bahagia ketika sepeda tersebut memutar dirinya dan Jace sampai
keatas dan kembali turun. Zivanna memang menyukai wahana yang menantang dan
memutar-mutar sedari dulu. Diliriknya Jace sekilas yang berada di depannya.
Lelaki itu diam seperti patung. Hal ini sangat tidak Zivanna harapkan. Awalnya
dia berpikir bahwa Jace akan berteriak ketakutan ketika sepeda tersebut memutar
mereka berdua atau bahkan sampai menangis histeris. Tapi tidak, Jace hanya diam
di tempat.
Seusai
wahana tersebut berhenti, Zivanna masih tetap tersenyum bahagia. Sangat seru
baginya akhirnya bisa memainkan wahana seperti ini lagi setelah sekian lama,
walau ditemani oleh bule abal-abal semacam Jace.
Mengingat
Jace, Zivanna langsung menoleh ke sekelilingnya dan menemukan Jace sedang
berjalan di belakangnya dengan memegang kepalanya. Awalnya Zivanna tertawa puas
melihat Jace yang ternyata beneran tidak kuat menaiki wahana semacam itu. Namun
ketika melihat Jace tidak melihat ke arah Zivanna sama sekali dan malah
menundukan kepalanya seakan mau pingsan, rasa panik langsung menyerbu tubuh Zivanna.
“Hey,
kamu gapapa?” tanya Zivanna kuatir sambil menghampiri Jace. Pertanyaan Zivanna
tak kunjung dijawab dan Jace hanya berdiri di tempat. Zivanna menghela napas lalu
memberanikan diri meraih lengan Jace dan meletakannya di pundak Zivanna. Jace
tidak menolak dan mengelak, namun memasrahkan diri.
Zivanna
menuntun Jace pada bangku kosong terdekat dan mendudukannya disana.
“Tunggu
sebentar.” ucap Zivanna lalu berlari menjauh. Awalnya Jace mengira Zivanna akan
pergi dan meninggalkan dirinya sendiri, namun semua pemikiran itu patah saat beberapa
menit kemudian ia melihat Zivanna menghampirinya dengan sebotol air mineral di
tangan.
“Minum.”
perintah Zivanna seraya menjulurkan air mineral ke arah Jace. Tak sabar
menunggu respon Jace, Zivanna membuka botol tersebut dan menjejalkannya kedalam
tangan Jace.
Jace
menegak isi botol tersebut hingga separuh lalu menyerahkannya pada Zivanna.
Gadis itu meletakan botol di samping bangku lalu duduk pada bagian bangku
paling ujung. Jace memijat-mijat kepalanya yang masih pusing setengah hidup dan
melirik sekilas ke arah Zivanna. ‘Mungkin Zivanna ga mau duduk dekat aku, takut
aku tiba-tiba muntah atau apa.’ Jace menyimpulkan sendiri.
“Hey,
sini.” kata Zivanna tiba-tiba. Jace menoleh ke arah Zivanna dengan perlahan dan
mendapati gadis itu sedang menepuk-nepuk pahanya. Jace menatap Zivanna dengan
heran, disusul dengan helaan napas kesal dari gadis tersebut.
“Taruh
kepala kamu disini. Kamu masih pusing, harus rebahan dulu.” kata Zivanna sambil
menunjuk-nunjuk ke arah pangkuannya. Jace menatap Zivanna dengan separuh shock
dan separuh ragu. Zivanna melengos dan meraih kepala Jace secara paksa sehingga
jatuh ke pangkuannya.
“Gausah
sungkan, ini juga salahku, aku seharusnya ga maksa kamu..” ucap Zivanna pelan.
Jace tersenyum sekilas, ternyata Zivanna memang sebaik yang ia kira. Gadis ini
hanya sedikit keras kepala dan rame. Jace mencopot topi yang dikenakannya dan
digunakan untuk menutupi wajahnya, jaga-jaga kalau ada orang yang mengenalinya.
Zivanna
merasa situasi ini awkward dan gadis itu berpura-pura mencari kesibukan dengan
memainkan HP. Tak sampai 5 menit kemudian, Zivanna sudah bosan dan memasukan Hpnya
lagi di dalam tasnya. Zivanna melirik kearah Jace yang berada di pangkuannya.
“Jace..”
panggil Zivanna namun tak kunjung dijawab. Gadis itu memanggil Jace lagi namun
tetap tak mendapat jawaban. Apa jangan-jangan Jace uda tidur?
Zivanna
mengangkat sedikit topi yang digunakan Jace untuk menutup mukannya dan melihat
bahwa benar mata Jace tengah tertutup dengan rapat. Bulu matanya yang
lentikmenghiasi matanya yang sedang tertutup. Zivanna seharusnya ilfeel melihat
laki-laki berbulu mata lentik, namun entah mengapa wajah Jace sangat cocok
dengan bulu mata tersebut.
Pandangan
Zivanna beralih kearah hidungnya yang memang khas bule, mancung. Ada sedikit
bintik-bintik coklat di sekitar hidungnya yang membuat Zivanna tersenyum. ‘Freckles’
batin Zivanna. Bibir Jace yang tertutup rapat dan pucat. Zivanna memaki dirinya
sendiri dalam hati karena tadi sempat-sempatnya menantang Jace sehingga pucat
seperti ini. Zivanna mengarahkan tangannya untuk menyisir rambut hitam legam milik Jace yang terkena angin dan
menutupi wajahnya.
Zivanna
beralih kearah wajah Jace lagi dan mendapati sepasang bola mata cokelat hazel
sedang menatapnya tepat di manik mata.
Oh
crap.
To be continued..
Sorry lamaaaaaaaaa banget baru ngepost
Tapi yang penting kan udah ngpostxD
Enjoy!
JElim
No comments:
Post a Comment