Thursday, March 13, 2014

RapunZee (Chapter 3) - Damn Bicycle



Last Chapter

Jace mengulurkan tangannya terlebih dahulu. Beberapa detik berlalu, akhirnya tangan gadis tersebut bertaut dengan tangan Jace.
                “Aku Jace.” ujar Jace.
                Beberapa waktu berlalu, gadis itu masih tidak memberitahukan namanya.
                “Hmm.. Namanya Zivanna.” sahut ibu yang sedaritadi berdiri disamping gadis ini.
                “Jangan.. Orang-orang biasa panggil aku Zee-Zee.” Gadis itu tiba-tiba bersuara.
                Jace membeku di tempat. Masih tetap tidak menyangka akan bertemu sang Rapunzel kembali.  Suddenly, Jace sangat bersyukur karena kemarin nyasar. This tourguide idea is not that bad after all, batin Jace. Namun Jace seketika tersenyum. Menemukan sebuah ketidaksengajaan yang tiba-tiba muncul di otaknya.
                RapunZee? Batin Jace.

Chapter 3
                Ikatan tangan Jace dan Zivanna pun terlepas. Keduanya pun hanya bisa diam dan canggung.
                “Nice to meet you.. “ ucap Jace lalu terdiam sebentar. “... again.” tambahnya.
                “Loh kalian udah saling kenal?” tanya tante-tante yang berdiri di sebelah Zivanna sedaritadi.
                “Bukan kenal, tapi pernah ketemu.”ujar Jace disambut senyum lebar dari tante tersebut.
                “Ohya, perkenalkan, mama saya Rena, Mamanya Zee-Zee.” Tante yang mengaku mamanya Zivanna tersebut mengulurkan tangannya dengan PD di depan Jace. Dengan ragu-ragu, Jace menyambut uluran tangan wanita tersebut. “Saya Jace.” ulangnya.
                “So Jace,  Zivanna’s the one that’s gonna be your new tourguide!” seru Danny tiba-tiba.
                “Please, just call me Zee-Zee.” Zivanna bersuara lagi. Suaranya lembut dan enak didengar. Jace tidak perlu mendengar Zivanna menyanyi untuk mengetahui bahwa gadis itu pintar bernyanyi.
                “Okayyy, Zee-Zee. Ohya, hari ini Jace mau pergi ke BNS, bisa tolong kamu anterin dia?” tanya Danny membuat Zivanna terlihat kaget.
                “Ehmm.. bisa.”
                “Oke kalo gitu, have fun ya berdua. Aku sama Rena mau ke restauran hotel, udah lama sekali kita ga ngobrol.” kata Danny dengan malu-malu dan secara perlahan menoleh ke arah Rena yang sedang tersipu. Jace jadi benar-benar curiga kalau Danny dan Rena memang memiliki hubungan khusus. Entah itu pacaan, LDR atau paling tidak mantan waktu SMA.

               ***
                Jace salah besar. Oke, harusnya pake capslock.  Pake tanda seru juga. Ralat; JACE SALAH BESAR!
                Pertama, Jace mengira bahwa gadis yang menyerupai Rapunzel ini sangatlah kalem dan luar biasa pemalu. Namun Jace sekali lagi mengakui bahwa dia salah. Zivanna sangat rame. Bisa dibilang kelewat rame. Sepanjang perjalanan gadis ini bernyanyi mengikuti lagu-lagu yang sedang diputar di radio dengan suara lantang dan sangat mengganggu Jace.
                Kedua, Jace memang awalnya meyakini bahwa Zivanna memiliki suara indah bahkan sebelum mendengarnya bernyanyi. Sekarang, Jace sangat menyesal pernah berpikir seperti itu. Suara Zivanna jelek. Dalam khasus ini, jelek yang dimaksud adalah SANGAT –SANGAT JELEK. Jace sampai pusing sendiri mendengar suara Zivanna. Apalagi sekarang gadis ini sedang menyanyikan lagu galau tapi lebih menyerupai lagu metal jika dinyanyikan dengan suara Zivanna.
                “LUMPUHKANLAH INGATANKUUUUUUU.. HAPUSKAN TENTANG DIAA OOOOHHHH HAPUSKAN MEMORIKU TENTANGNYAAAAAA ouoooo”
                “Sorry, bisa ga diem aja?” ceplos Jace tak tahan lagi mendengar suara Zivanna.
                “Kenapa aku harus diem?” Zivanna menoleh ke arah Jace sekilas sambil menaikan sebelah alisnya.
                Jace diam sebentar, merenungi pertanyaan Zivanna yang retoris itu. Retoris dalam artian bahwa Zivanna harusnya tau sendiri jawaban dari pertanyaannya.
                “Karena suaramu ga enak.” ceplos Jace lagi secara tak sadar. Tangan Jace langsung menutup mulutnya sendiri, Zivanna bisa-bisa tersinggung!
                “So?” tanya Zivanna santai. Mata Jace melihat ke arah Zivanna yang sekarang sedang tersenyum sinis. Jace menyesal sempat berfikir Zivanna akan tersinggung, gadis ini mah ga ada malunya.
                “So could you stop to sing?” sindir Jace lagi.
                “No.” Zivanna menyanyi lagi.
                “But whyy?!”sahut Jace terganggu diantara nyanyian Zivanna sambil berupaya menutup kupingnya yang serasa sebentar lagi akan meledak.
                “Karena ini mobilku dan aku yang tau jalanan di Batu. So, bule abal-abal, aku bisa nurunin kamu disini dan ninggalin kamu sendirian di tengah jalan kayak orang gelandangan.”
                Mulut Jace melongo lebar. Banget. Dia benar-benar ga menyangka kata-kata itu akan keluar dari bibir manis dan tipis milik Zivanna. Dan apa maksudnya coba? Bule abal-abal!?
                “Hey, I’m the boss here! Aku bisa aja pecat kamu sekarang.” ancam Jace balik karena tidak terima.
                “Wowww, looks like I’m scared. Aku takut banget nih dipecat bule abal-abal. Ntar aku ga punya pekerjaan trus aku kelaparan di jalan, gimana nihh?” ucap Zivanna dengan lebaynya, gadis itu sempat-sempatnya menoleh ke arah Jace dan memasang muka cemberut.
                Jace menghela napas pusing. Lupa bahwa Mama dari gadis disampingnya adalah pemilik perusahaan tourism besar. Dipecat Jace doang mah ga akan berpengaruh apa-apa. Jace memutuskan untuk diam di tempat dan tidak ngoceh lagi.
                Zivanna pun menoleh ke arah Jace sekilas dan tersenyum puas. “Good boy.”
Dia pikir Jace anjing apa!

***

“Kamu takut?” ejek Zivanna sambil ketawa terbahak-bahak.
                “No, not at all.” Jawab Jace tapi ia sendiri tidak yakin dengan apa yang dikatakannya.
                Zivanna mengangkat salah satu sudut bibirnya, meletakan 1 tangan di pinggangnya dan menatap Jace dengan pandangan menantang.
                “Then come on and ride that damn bicycle.” kata Zivanna dengan lantangnya dan gadis itu pun tersenyum puas saat melihat Jace melotot mendengar kata-katanya. Jace menatap Zivanna dengan pandangan tak percaya namun sedetik kemudian mengibaskan tangannya tak peduli dan mengantri di depan palang yang tertuliskan “Sepeda Gila”.
                Sepeda Gila adalah salah satu permainan di BNS yang mengharuskan 2 orang duduk di satu sepeda lalu sepeda itu akan melayang memutar 360 derajat secara terus menerus sampai waktu yang telah ditentukan. Sesusah mungkin, harusnya Jace mengaku bahwa dia tidak pernah kuat menaiki permainan yang berhubungan dengan ketinggian, apalagi di putar 360 derajat. Membayangkannya saja sudah membuat Jace ingin muntah. Tapi ego akan harga dirinya di depan Zivanna yang membuatnya berani untuk menaiki wahana Sepeda Gila ini tanpa memikirkan akibat apa yang akan menantinya setelah itu.
                Zivanna tak kuasa menahan senyum ketika Jace dengan sok gagahnya mendahului Zivanna menaiki sepeda dan memposisikan dirinya. Zivanna memposisikan dirinya di belakang Jace dan memasang sabuk pengaman.
                And there it goes..
                Zivanna berteriak-teriak bahagia ketika sepeda tersebut memutar dirinya dan Jace sampai keatas dan kembali turun. Zivanna memang menyukai wahana yang menantang dan memutar-mutar sedari dulu. Diliriknya Jace sekilas yang berada di depannya. Lelaki itu diam seperti patung. Hal ini sangat tidak Zivanna harapkan. Awalnya dia berpikir bahwa Jace akan berteriak ketakutan ketika sepeda tersebut memutar mereka berdua atau bahkan sampai menangis histeris. Tapi tidak, Jace hanya diam di tempat.
                Seusai wahana tersebut berhenti, Zivanna masih tetap tersenyum bahagia. Sangat seru baginya akhirnya bisa memainkan wahana seperti ini lagi setelah sekian lama, walau ditemani oleh bule abal-abal semacam Jace.
                Mengingat Jace, Zivanna langsung menoleh ke sekelilingnya dan menemukan Jace sedang berjalan di belakangnya dengan memegang kepalanya. Awalnya Zivanna tertawa puas melihat Jace yang ternyata beneran tidak kuat menaiki wahana semacam itu. Namun ketika melihat Jace tidak melihat ke arah Zivanna sama sekali dan malah menundukan kepalanya seakan mau pingsan, rasa panik langsung menyerbu tubuh Zivanna.
                “Hey, kamu gapapa?” tanya Zivanna kuatir sambil menghampiri Jace. Pertanyaan Zivanna tak kunjung dijawab dan Jace hanya berdiri di tempat. Zivanna menghela napas lalu memberanikan diri meraih lengan Jace dan meletakannya di pundak Zivanna. Jace tidak menolak dan mengelak, namun memasrahkan diri.
                Zivanna menuntun Jace pada bangku kosong terdekat dan mendudukannya disana.
                “Tunggu sebentar.” ucap Zivanna lalu berlari menjauh. Awalnya Jace mengira Zivanna akan pergi dan meninggalkan dirinya sendiri, namun semua pemikiran itu patah saat beberapa menit kemudian ia melihat Zivanna menghampirinya dengan sebotol air mineral di tangan.
                “Minum.” perintah Zivanna seraya menjulurkan air mineral ke arah Jace. Tak sabar menunggu respon Jace, Zivanna membuka botol tersebut dan menjejalkannya kedalam tangan Jace.
                Jace menegak isi botol tersebut hingga separuh lalu menyerahkannya pada Zivanna. Gadis itu meletakan botol di samping bangku lalu duduk pada bagian bangku paling ujung. Jace memijat-mijat kepalanya yang masih pusing setengah hidup dan melirik sekilas ke arah Zivanna. ‘Mungkin Zivanna ga mau duduk dekat aku, takut aku tiba-tiba muntah atau apa.’ Jace menyimpulkan sendiri.
                “Hey, sini.” kata Zivanna tiba-tiba. Jace menoleh ke arah Zivanna dengan perlahan dan mendapati gadis itu sedang menepuk-nepuk pahanya. Jace menatap Zivanna dengan heran, disusul dengan helaan napas kesal dari gadis tersebut.
                “Taruh kepala kamu disini. Kamu masih pusing, harus rebahan dulu.” kata Zivanna sambil menunjuk-nunjuk ke arah pangkuannya. Jace menatap Zivanna dengan separuh shock dan separuh ragu. Zivanna melengos dan meraih kepala Jace secara paksa sehingga jatuh ke pangkuannya.
                “Gausah sungkan, ini juga salahku, aku seharusnya ga maksa kamu..” ucap Zivanna pelan. Jace tersenyum sekilas, ternyata Zivanna memang sebaik yang ia kira. Gadis ini hanya sedikit keras kepala dan rame. Jace mencopot topi yang dikenakannya dan digunakan untuk menutupi wajahnya, jaga-jaga kalau ada orang yang mengenalinya.
                Zivanna merasa situasi ini awkward dan gadis itu berpura-pura mencari kesibukan dengan memainkan HP. Tak sampai 5 menit kemudian, Zivanna sudah bosan dan memasukan Hpnya lagi di dalam tasnya. Zivanna melirik kearah Jace yang berada di pangkuannya.
                “Jace..” panggil Zivanna namun tak kunjung dijawab. Gadis itu memanggil Jace lagi namun tetap tak mendapat jawaban. Apa jangan-jangan Jace uda tidur?
                Zivanna mengangkat sedikit topi yang digunakan Jace untuk menutup mukannya dan melihat bahwa benar mata Jace tengah tertutup dengan rapat. Bulu matanya yang lentikmenghiasi matanya yang sedang tertutup. Zivanna seharusnya ilfeel melihat laki-laki berbulu mata lentik, namun entah mengapa wajah Jace sangat cocok dengan bulu mata tersebut.
                Pandangan Zivanna beralih kearah hidungnya yang memang khas bule, mancung. Ada sedikit bintik-bintik coklat di sekitar hidungnya yang membuat Zivanna tersenyum. ‘Freckles’ batin Zivanna. Bibir Jace yang tertutup rapat dan pucat. Zivanna memaki dirinya sendiri dalam hati karena tadi sempat-sempatnya menantang Jace sehingga pucat seperti ini. Zivanna mengarahkan tangannya untuk menyisir rambut  hitam legam milik Jace yang terkena angin dan menutupi wajahnya.
                Zivanna beralih kearah wajah Jace lagi dan mendapati sepasang bola mata cokelat hazel sedang menatapnya tepat di manik mata.
                Oh crap.

To be continued..

Sorry lamaaaaaaaaa banget baru ngepost
Tapi yang penting kan udah ngpostxD
Enjoy!

JElim